Langkah
pertamaku di kamppus ini adalah langkah terindah. Langkah yang konyol, bodoh
dan serampangan. Tapi bukan berarti tanpa makna. Karena setiap peristiwa punya
pesan yang untuk disampaikan. Pesan terindah dari Sang Pencipta untuk hamba
tercinta-Nya. Terkadang ia hadir dalam semerbak aroma kebahagiaan, tak jarang
pula dalam kesedihan dan putus asa. Tapi tak mengapa. Karena yang terpenting
adalah sikap kita. Sikap yang tak kenal lelah untuk belajar. Entah apapun itu
yang menghadang kita siap untuk melaluinya. Jika itu gunung, maka itu tak cukup
tinggi untuk pembelajar. Jika itu laut, maka laut manapun tidak cukup dalam
baginya. Walau sesulit apapun, tak jadi masalah.
Tahun
pertamaku aku lalui dalam canda. Tapi terkadang rasa sesal juga menyapa. Lalu
kata ‘seandainya’ sering mengapung di kepalaku menggantikan kata ‘kuat dan
semangat’. Ya, itulah penyesalan. Penyesalan pertamaku hadir saat aku ‘menolak’
beasiswa kuliah di luar negri dengan tidak hadir tes wawancara. Waktu itu yang
terlintas hanyalah, “ya sidahlah kan udah dapet ITB.” Lalu penyesalan itu hadir
ketika mereka satu persatu lolos beasiswa tersebut dan berangkat ke luar
negri. Akupun mencari pembenaran.
Sayangnya, setiap pembenaran yang muncul hanya akan bertahan paling lama satu
minggu. Masalah bertambah, dan hadir penyesalan-penyesalan baru : gak belajar
serius, kurang PeDe, setengah-setengah, dan sederet permasalahan lain yang
belum terselesaikan.
Lalu
di akhir tahun ini aku mendapat jawabnya. Bukan pembenaran yang aku butuhkan
untuk membuatku ikhlas menerima setiap takdir yang diberikannya. Tapi sifat
percaya. Percaya bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan sesuai kemampuan
hambanya. Percaya bahwa skenario-Nya adalah skenario terbaik untukku. Percaya
bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Percaya pada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar