“Bakti kami untukmu Tuhan, Bangsa, dan Almamater, ” salam yang begitu nyaring diperdengarkan di Kampusku ini mengigatkanku akan gejolak semangat para pemuda, semangat milik Mahasiswa ’98 saat menggulingkan rezim Orde Baru, semangat para pemuda saat menculik Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk menyegerakan Proklamasi, juga semangat yang digelorakan Bung Tomo di Surabaya. Mungkin benar di negri ini sudah tidak ada lagi perang, tidak ada lagi rezim tirani. Namun semangat mahasiswa tidak akan pernah reda untuk mewujudkan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Kenapa harus mahasiswa? Karena kita memiliki 3 potensi : hard skill, soft skill, dan idealisme. Dari ketiga potensi tersebut, Idealisme menjadi ciri utama mahasiswa. Ayah-ayah kita di parlemen, kementrian, dan pemerintahan memiliki hard skill dan soft skill yang memadai, tetapi sebagian dari mereka tidak memiliki idealisme. Kakak-kakak kita yang bekerja di multinational coorporate –yang tidak mempedulikan nasib bangsanya- memiliki hard skill dan soft skill yang lebih dari cukup, tapi idealisme? Contoh sederhananya ketika kita lulus dari kampus, mana yang kita pilih : bergabung dengan perusahaan asing dengan penghasilan 20-30 jt per bulan atau bergabung dengan dengan BUMN dengan gaji 4-7 juta per bulan. Atau mana yang kita pilih : produk asing dengan kualitas terbaik dan murah atau produk lokal dengan kualitas standar dan lebih mahal. Kata kuncinya adalah Idealisme. Mahasiswa = Idealisme. Maka saat mahasiswa negri ini telah menggadaikan idealismenya, tunggulah kehancuran negri. Kita sebagai mahasiwa haruslah menanamkan idealisme kuat di lubuk hati kita dan menjaganya hingga ajal menjemput kita.
Pertanyaan terbesarnya adalah apa yang bisa kita lakukan untuk negri ini? Dimana peran kita? Apakah dengan demo? Atau bahkan kita perlu revolusi kedua untuk menyadarkan ayah-ayah kita? Mahasiswa di setiap era dibenturkan pada masalah-masalah yang hanya bisa deiselesaikan oleh mereka sendiri. Tahun-tahun kemerdekaan mahasiswa (pemuda) dihadapkan pada problem mengusir penjajah dari tanah nusantara. Pasca kemerdekaan, mereka berbondong-bondong menyelamatkan negri ini dari penjajahan kembali. Tahun orde baru, mereka diterkam oleh ganasnya rezim tiran yang mengekang kebebasan hidup. Saat ini, era reformasi, kita tidak lagi ditemukan dengan masalah-masalah yang sama. Masalah yang kita hadapi saat ini adalah ketidakmerataan kesejahteraan, isu-isu perpecahan antar iman, masalah-masalah integritas dan korupsi, dan masih banyak lagi. Masalah-masalah yang multidimensional ini tidak lagi dapat diselesaikan dengan perang, demo, revolusi. Tapi masalah ini akan selesai dengan mahasiswa sebagai turun langsung ke masyarakat dan mahasiswa sebagai orang yang punya keahlian khusus di bidangnya.
Terakhir, jadilah mahasiswa itu. Mahasiswa yang tidak tinggal diam sengan kebobrokan bangsa ini. Jadilah mahasiswa yang memiliki nilai lebih dengan karya yang membanggakan bumi dan mengharum di langit. Ya jadilah mahasiswa seutuhnya, satu nyawa berjuta karya. Untuk kemerdekaan sesungguhnya.