Senin, 21 September 2015

R A N T A U v.0.3 : Tentang Rantau

"Hidup itu perantauan, mungkin merangkum nya dalam untaian kata adalah hal yang indah." 
Rantau v.0.1

R A N T A U adalah sebuah cerita, bermula dari keinginan sederhana untuk sekedar menumpahkan rasa dan inspirasi. setiap cerita menyimpan makna indah dalam setiap detik yang ada di dalamnya, untuk itulah Rantau aku buat. untuk semua orang yang membaca untaian kisah sederhana ini, terimakasih dan semoga menginspirasi.

semua hal indah maupun pahit adalah sebuah suratan dari Sang Ilahi untuk hamba-Nya. Apa yang Ia berikan adalah yang terbaik dan selalu meyimpan hikmah di tiap titiknya.





Kamis, 10 September 2015

R A N T A U v.0.2 : Kerja Keras

Hari ini mataku kembali terbuka, aku melihat mimpi-mimpi yang dulu pernah aku pikir mustahil mulai muncul dengan wujudnya masing-masing. Aku melihat satu persatu mimpi itu berhasil diwujudkan, tapi oleh orang lain. Kawanku membuktikan semua itu bukan mustahil. Apresio Kevin exchange ke jepang, Alexander Saptian berhasil dengan usaha kecil dan sedang merintis brand barunya, Ardityo Giantra berhasil menyelesaikan hafalannya 30 juz penuh, Irfandi IP 4, Adhika dengan osjur yang revolusioner, dan masing banyak kawan-kawan lainnya. Mereka memang hebat...

Dari kenyataan itu aku melihat melalui satu pandangan baru tentang kemustahilan yang sebenarnya terletak pada pikiran manusia itu sendiri. Tembok yang tidak mungkin dilalui itu ternyata hanyalah hasil ketakutan yang dibuat oleh rasa pengecut manusia. Mereka merasa dirinya terlalu kecil dan tidak bisa melakukan hal besar. “tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah usaha yang kurang.”
Satu hal yang menjadi kesamaan di tiap diri mereka yang berhasil, itulah kerja keras. Frasa yang belakangan memudar di lembaran kisah hidupku yang makin menantang. Aku lupa... Ya, mungkin aku lupa tentang kerja keras yang berhasil membuatku menyisihkan 15 orang lainnya yang menginginkan kursi di kampus ganesha. Tentang perjuanganku semasa SMA.

Mungkin hanya sedikit orang yang mengenal SMA dimana aku ditempa. SMA Islam Terpadu Nur Hidayah, di lahan sebesar 1945 m2 itu semua kerja kerasku ditunaikan. Waktu itu aku punya mimpi yang kata orang susah ditunaikan, tiga karakter yang diperebutkan seantero nusantara. ITB. Ya, ITB telah menjadi tujuan besar ku sejak awal kelas 12. Demi mimpi itulah seluruh kerja kerasku aku tumpahkan, meski aku sendiri tidak pernah tahu kenapa harus ITB. Aku belajar di siang dan malam hari, tahajud di sepertiganya, tadarus di waktu selangnya. Semua hal yang selalu aku rindukan dari Khalid yang sekarang.


Kerja keras bukan berarti merasa tersiksa dalam usaha tak masuk akal yang menyusahkan hati orang yang melakukannya. Bukan pula memaksakan satu hal yang tidak diingini untuk terus dikejar. Tapi ia bercerita tentang kisah sepasang kekasih bernama mimpi dan insan manusia. Mimpi itu hanya sedang dikejar dengan semua usaha yang pada dasarnya menjadi hal paling menyenangkan bagi kekasihnya. Mereka yang melakukan satu hal paling disukainya, sepenuh hati, tanpa ada keraguan. Itulah kerja keras. Ya Kerja keras, satu hal yang akan aku ulangi sekali lagi, untuk mimpi-mimpiku selanjutnya...

Jumat, 04 September 2015

R A N T A U v.0.1 : Sebuah Pengantar

     Jumat, 4 September 2015. Beberapa hari yang lalu aku diminta untuk membuat life map, semacam perencanaan hidup yang harapannya merangkum keseluruhan mimpimu dalam satu lembar kertas. Sederhana memang, kamu hanya perlu menuliskan satu dari sekian banyak mimpi yang ingin kau raih di tiap tahunnya hingga ajal mendatangimu. Tugas ini sebenarnya diberikan kepada mahasiswa Fisika Teknik 2014 sebagai bentuk pembelajaran dalam rangkaian kegiatan orientasi jurusan yang sedang mereka jalani. Aku sebagai mentor mereka juga diminta untuk membuat life mapku sendiri, sebelum nantinya aku memberikan tugas yang sama pada peserta osjur.
       Aku mulai membuat life mapku sejak senin malam, tepatnya 1 September 2015. kabar buruknya adalah hingga hari ini seluruh perencanaan itu belum selesai, memang merangkum kisah hidupmu dalam semalam adalah hal yang konyol. Kecuali ketika hatimu telah memantapkan pilihan sejak lama dan sayangnya aku belum melakukan hal itu. Sampai pada akhirnya aku terbenam dalam kebingungan akan masa depan yang akan kuhadapi. Aku mulai merenung...
       Hari ini kebetulan kuliahku selesai sebelum adzan dhuhur berkumandang. Akhirnya aku mendapatkan sedikit waktu untuk merenungkan kembali tentang kisah hidupku selanjutnya. kuputuskan untuk menulis kisah singkat ini...
    Kemarin aku menceritakan kegalauanku pada seorang teman, dzaki namanya. Orang yang sudah kuanggap selangkah lebih maju soal perencanaan hidup. Dia memberi nasihat singkat untuk menonton rekaman pidato Steve Jobs, pendiri Apple .Inc, di Stanford University. Satu hal menarik yang Jobs sampaikan adalah tentang connecting the dots, Jobs bercerita tentang kehidupannya dan segala hal tak terencana dalam hidupnya. Pada akhirnya seluruh kisah itu membuat ia menjadi Jobs yang berdiri tegak dihadapan dunia saat itu. Semalaman aku berusaha mengkorelasikan ide connecting the dots dengan kebingugan yang aku rasakan sekarang. Akhirnya aku menemukannya, connecting the dots yang Jobs bicarakan sebenarnya berbicara pada kita untuk mensyukuri apapun yang telah kita lalui di masa lalu. Namun, ia juga berbicara padaku tentang menentukan dots selanjutnya yang seharusnya bisa aku capai... Lalu kuputuskan untuk mulai menulis kisah ini. Sekedar melihat kebekang titik-titik perjalanan hidup yang pernah aku lalui, untuk melanjutkannya dengan titik-titik kehidupan selanjutnya...


Hidup itu perantauan, mungkin merangkumnya dalam untaian kata adalah hal yang indah. “R A N T A U v.0.1 : Sebuah Pengantar”

Minggu, 29 Maret 2015

Bukan Akhir - Tapi Awal

     Akhirnya selesai, mungkin kata ini mewakili seluruh tumpahan perasaan wisudawan kemarin. Sabtu, 28 Maret 2015 menjadi satu hari tak terlupakan yang akan selalu melekat dalam benak mereka. Memar-memar, kedinginan, bahkan lumpur DPR –dibawah pohon rindang tak lagi pahit terasa di hari itu. Ya, karena semua sudah selesai, 4 tahun di kawah panas Institut Teknologi Bandung telah dilalui dan bersiap menempuh kehidupan yang sebenarnya menjadi tuntutan riil di depan mata.

      Mungkin cuma sedikit yang kami lakukan untuk menghiasi hari besar kalian kemarin. Semoga apa yang telah kalian usahakan di bumi ganesha ini bisa kalian petik hasilnya di dunia baru yang akan kalian lalui. Selamat menjadi bagian dari rakyat! Jangan pernah lupakan tanah air yang telah membesarkan kalian dengan keringat buruh tani dan kebijaksanaan pengambil kebijakan. 

Jumat, 27 Maret 2015

Am I Exist ?

            Hari ini aku bertanya tentang diriku sendiri. Memuhasabah diri ini dengan hidup yang telah berjalan selama tidak kurang dari 19 tahun. 19 tahun kawan..., jika di kali jumlah hari dalam setahun maka hidupku setara 6.935 hari, atau 83.220 jam. Ketika sebuah perusahaan mobil dapat menciptakan 4 mobil setiap jamnya, maka waktu yang telah kujalani setara dengan waktu memproduksi 332.880 mobil. Saat satu mobil dihargai 100 juta, maka hidupku bernilai 33.288.000 juta. Hitungan angka yang bahkan sepupuku belum tahu.
            Mungkin kalian pikir, semua hal diatas tidak relevan. Namun, bayangkan kawan 19 tahun tanpa karya. Sedangkan di tempat lain, di belahan bumi lainnya dalam 19 tahun kemajuan telah terjadi secara signifikan. Bayangkan, dalam rentang 19 tahun disket yang hanya berkapasitas 4.3 Mb telah berubah menjadi flasdis ketil dengan kapasitas 1 Tb. Hp yang segede lontong n pake antena berubah jadi setipis kertas n gk pake tombol. belum lagi kendaraan, televisi, rumah. mereka meninggalkan aku yang tanpa karya, dalam ketiadaan.
            Sebagai syarat beasiswa yang aku terima, setiap semester aku wajib mengisi laporan kemajuan pribadi yang berisi kegiatan dan prestasiku selama satu semester. disaat itu juga kawan,  hati ini menangis. Apa yg telah aku lakukan? Prestasi nol, IP standar, kegiatan gitu-gitu aja. Dan berulang selama 3 semester terakhir. Bodohnya lagi, alasanku untuk semua ‘pencapaian’ itu selalu sama. Tidak bisa mengatur waktu, menentukan prioritas.
            Aku menyesal kawan, aku tidak ‘ada’ tanpa karya. I am not exist without it. Setiap malam menyesalinya dan tidak merubahnya. Mungkin hari ini adalah titik balik semuanya. Saat dimana aku berubah menjadi pribadi produktif penuh karya. Dunia ini tidak butuh seonggok daging yang hanya makan minum tanpa memberi perubahan. Karena tanpa perlakuan khusus dunia akan selalu menuju ketidakteraturan...

            “Menyesal akan waktu yang terbuang juga merupakan kegiatan yang membuang waktu. Jadi mulailah berbalik lalu berkarya, biarlah yang telah lewat menjadi pelajaran dan mari melukis masa depan dengan tinta emas produktifitas. Aku berkarya maka aku ada.”