Tampilkan postingan dengan label opinion. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label opinion. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Maret 2017

Untuk Engkau yang Teramat Dekat


Untuk engkau yang teramat dekat...
Entah kenapa beberapa hari kebelakang aku kembali mengingat engkau...
Membayangkan engkau hadir dan menyapaku saat kesibukan menyertai hari-hari indahku


Seorang gadis yang ku kenal mengingatkanku pada engkau. Ya, aku akan sedikit bercerita tentangnya malam ini...

Empat hari yang lalu, ia masih gadis yang sama yang dulu aku kenal. Terbayang lekat di pikirku senyumannya dan perilaku kesehariannya yang menyenangkan. Ia gadis yang aktif, banyak berorganisasi bahkan menjadi atlet unggulan komunitasnya hingga sekarang. Masih tersimpan di memoriku saat melihatnya bermain di kejuaraan futsal antar fakultas sewaktu belum genap setahun usiaku di kampus ini. Sejujurnya aku tidak mengenalnya sedekat itu, hanya saja ia mengingatkanku pada engkau.

Rabu, hari pertama bulan Maret...
Selepas shalat dhuhur, dengan raut muka yang tak aku pahami, seorang sahabat menghampiriku. Raut wajah itu seperti hendak bercerita sesuatu padaku. "Lid, minta do'anya, salah satu temen ktia lagi kritis kondisinya. Sejak dua hari lalu, dia masuk ke borromeus.." ucapnya. "Dua hari lalu selesai ngisi agenda sharing sama adek kelas, dia ngeluh pusing katanya. Setelah itu tiba-tiba kakinya lemah dan dia jatuh ke lantai. Waktu diliat, badannya kaya kejang dan kaku. Kaya ada yang mau dia omongin tapi gk bisa bersuara dan dia cuma nangis," lanjutnya. Pikiran liarku masih belum percaya, dalam benakku dia bukan orang yang punya penyakit khusus. Bahkan, jika dibandingkan denganku - dengan seluruh olahraga rutinnya - seharusnya ia jauh lebih sehat daripada aku. Apalagi ia atlet basket yang cukup disegani di kampusku. Apa ini benar?

Singkat cerita, setelah isya' kami pun mengadakan do'a bersama untuk kesembuhannya. Pasalnya sejak siang tadi, seluruh alat bantu yang ia pakai harus dilepas untuk keperluan CT Scan. Dokter perlu menunggu beberapa jam untuk memastikan kondisi pasien cukup baik tanpa alat bantu medis. Semua tergantung dia dan keinginan kuatnya untuk tetap hidup.

Hari pun berganti, dengan harapan besar dikabulkannya doa kami semalam aku menjalani hari seperti biasa. Masuk kuliah dengan keridhoan penuh mendengarkan apapun yang bapak dosen katakan. Masih dengan kepolosan yang sama, kabar terbaru sampai di telingaku. Pukul 12.15 takdir dunia bicara lain,  engkau yang teramat dekat telah datang menemuinya siang itu. Sungguh semua hal di dunia ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya lah semua dikembalikan.


Siang itu takdir-Nya yang indah menampar wajahku cukup keras. Ia mengingatkanku bahwa memang engkau teramat dekat.




Suatu hari, Al-Ghazali sedang berkumpul bersama murid-muridnya. "Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?" ucapnya. Muridnya menimpali dengan jawaban yang beragam : ibu, ayah, saudara, rumah, sandal. Lalu Sang Imam menjawabnya dengan lirih, "Semua jawaban itu benar, tapi yang paling dekat dengan kita adalah Mati." Sungguh, janji Allah nyata adanya... Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Wallahualam...

Image Source : https://yonasongoldson.files.wordpress.com/2016/07/near-death-experience.jpg

Sabtu, 18 Februari 2017

Kebebasan (tak) Bertanggung Jawab


Alkisah manusia bumi menemukan penemuan yang tanpa disangka telah mengubah pola hidup mereka sendiri. Bermula dari kebutuhan komunikasi jarak jauh untuk keperluan militer, ARPA menemukan ARPANet. Militer Amerika hari itu, dengan cakupan operasi yang luas memang menjadikan ARPANet sebagai alat bantu militer yang sangat efektif. Singkat cerita, 10 tahun kemudian ARPANet – yang kita kenal hari ini dengan internet – secara luas digunakan. Bukan lagi terbatas pada urusan militer, mulai saat itu internet digunakan oleh manusia untuk sarana komukasi jarak jauh.

Cerita ini pun berlanjut, di belahan bumi lainnya. Indonesia di bawah kepemimpinan ‘tangan besi’ Orde Baru, mulai geram dengan pemberitaan-pemberitaan media yang perlahan mengusik kursi kepemimpinannya. Demi ‘stabilitas negara’, akhirnya banyak media-media ditutup. Atas alasan yang sama pun orang-orang yang dicurigai mengganggu ‘stabilitas negara’ diculik dan hilang tanpa jejak. Itu adalah hari dimana kebebasan telah mati...

Tahun berganti, kebebasan yang ditekan bak mesin press dibuka pintunya selebar-lebarnya. Media pun mengganas, layaknya seekor macan keluar dari kandang. Mereka yang tidak bertanggung jawab mulai menyebarkan berita ‘pesanan’ yang sengaja menyesatkan publik. Banyak alasannya, paling dominan karena urusan politik. ‘Stabilitas negara’ era orde baru telah runtuh, berganti dengan Kebebasan yang kebablasan. Untuk mencegahnya dibuatlah Dewan Pers, sebuah organisasi profesi pers yang memastikan setiap insan pers menjaga etikanya dalam bermedia. Agar hilang dari negeri ini informasi sesat yang membutakan mata publik. Meski orang bilang masih belum efisien, setidaknya media-media ‘nakal’ bisa dikekang dan bahkan dibubarkan.

Tahun 2017. Kepemimpinan berganti, Indonesia yang mulai mengenal teknologi komunikasi perlahan mengubah pola interaksi antar manusianya. Rakyat hari ini tidak lagi suka memesan koran. Omset penjualan surat kabar mulai menurun secara peralahan. Mereka mulai beralih pada media elektronik yang lebih cepat dan gratis. Masalah baru akhirnya muncul. Kebebasan tidak lagi dapat dibendung. Di dunia maya, hukum dunia nyata tidak berlaku. Situs-situs bermuatan negatif susah dikendalikan terlebih jika disandingkan dengan jimat ‘Hak Asasi Manusia’. Berita-berita palsu –HOAX – beredar seperti semak belukar di pinggir lapangan. Pemerintah kebingungan...

“Pak kalau ada media online atau akun media sosial yang menyebarkan berita bohong gimana pak? Apakah tidak ada hukuman yang diterima si pelaku?” tanya seorang mahasiswa pada Budiono –Direktur Majalah GATRA. “Ya... itulah masalah yang kini di hadapi Amerika. Kalau berita itu disebarkan lewat koran atau majalah, gampang. Tutup saja lokasi penerbitnya. Tapi kalau web, satu diblokir muncul seribu lainnya. Apalagi medsos, atas dasar Hak Asasi Manusia semua orang menjadi kebal dipersalahkan. Belum lagi Amerika sebagai negara yang menjunjung tinggi HAM, jelas tidak berkutik ketika HAM dijadikan benteng pelindung akun mereka. Mereka hari ini bingung, apa yang harus ia lakukan...”jawabnya. “Pada akhirnya yang menjadi filter bagi media online adalah etika  dalam dirinya. Jika ia tidak memiliki etika maka selesai sudah. “ Lalu kelas berakhir...

Ngomongin apa sih...,,, intinya mah.


“Internet itu ujian kemerdekaan. Semua orang bebas meliat dan mengirim apapun. Semuanya hanya bertanggung jawab atas diri dan Tuhannya atas apa yang terlihat dan terucap di dunia maya. Ati-ati aja....”

Selasa, 14 Februari 2017

Jika Aku Jakarta

(30)Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (31)Dan telah diajarkanNya kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia kemukakan semua kepada Malaikat, lalu Dia berfirman : Beritakanlah kepadaKu nama-nama itu semua, jika adalah kamu makhluk-makhluk yang benar. (32)Mereka menjawab: Maha Suci Engkau ! Tidak ada penge­tahuanbagi kami. kecuali yang Engkau ajarkan kepada Kami. Karena sesungguhnya Engkau­lah Yang Maha Tahu, lagi Maha Bijaksana.
-Al-Baqarah : 30-32-

Pilkada jakarta sebentar lagi... meski hanya jadi pengamat, rasanya menarik mengikuti liku-liku pertarungan politik di ibukota. Ya, memilih pemimpin memang selalu jadi satu peristiwa yang mengundang perhatian. Warga jakarta sedang diuji...

Jumat lalu seorang staff ahli Gubernur DKI datang ke kelasku. Kapita Selekta Teknik Fisika, 3 Februari 2017. Ismail Al Anshori namanya, sepanjang kuliah ia tidak berhenti bercerita seluruh pengalamannya menjadi staff ahli. mulai dari berdebat dengan orang, memotong anggaran, dan masih banyak lagi. Di akhir, secara objektif saya mengakui Sang Gubernur bukan orang yang buruk dalam memimpin. Meski banyak catatan etika yang menjadi rapor merah kepemimpinan beliau. 

Lalu di kesempatan lain aku pun banyak terpapar dengan argumen lain, yang bagaimanapun benar adanya. Ini tentang Al-Maidah : 51-53. Sederhananya, mau sebaik apapun, kalau kita muslim ya pilih yang muslim. Seorang kawan yang rajin sekali kajian menambahkan, "bahkan jika si muslim korup dan tidak baik dalam memimpin, tetap pilih muslim." Apalagi kalau pemimpin muslimnya baik. Jika pun ada yang lebih baik namun bukan muslim, ya tetap pilih yang muslim. 

Ya begitulah kepercayaan.Jika kita telah memilih sebuah agama, maka mengikuti perintah agama adalah konsekuensi logis yang harus dilakukan. Bahkan sekalipun seluruh manusia di muka bumi menganggap itu tidak logis. Nabi Ibrahim pernah mencontohkan, atas perintah Allah, bahkan menyembelih seorang anak kesayangan pun tetap dilakukan. Namun, Allah dengan kemurahan hatinya tetap membesarkan hati Ibrahim dengan mengganti sang anak dengan binatang. Sederhananya, percaya aja... sesuatu yang diatur Allah pastilah yang terbaik.

Setelah hasil quick qount muncul dan memaksa warga jakarta untuk memilih lagi di putaran kedua. Maka, ujian bagi muslim jakarta makin terlihat jelas. Mana yang akan dipilih.... menuruti perintah Allah atau logika manusia ?

- ini pendapat pribadi ya.. kalau ada orang yang jelas performanya tidak buruk, pasti lebih dipilih ketimbang yang belum terlihat performanya. Meski punya potensi, bukti nyata lewat kinerja adalah alasan yang sangat kuat. -

wallahu 'alam....

Sabtu, 11 Februari 2017

Iman

Aku tidak bisa berhenti menagis pagi itu... Rasanya ada ribuan jarum yang aku tusukkan sendiri di dadaku. Bukan orang lain yang membuatnya kian sakit, tapi diriku sendiri. Allah, aku menyesal..

Pagi itu dingin seperti biasa, kami yang seharian kemarin sibuk dengan majelis ilmu mulai memulai hari bersama. Suasana syahdu ba'da subuh menyelimuti bacaan dzikir pagi yang kami kumandangkan bersama. "Selanjutnya, silahkan seorang ikhwan menyampaikan kultum singkat," seru MC dadakan kami selepas dzikir pagi. Tanpa ragu seorang peserta dauroh mengajukan diri, "saya hendak menyampaikan apa yang telah saya terima dari beliau Ust. Hanan, sekedar meyambung lidah. Semoga dapat diambil hikmahnya."

"Beliau pernah menyampaikan tiga kisah. Kisah pertama tentang sahabat Rasulullah yang kuat, Umar. Suatu saat ketika ia sedang berpatroli di sekitar perkampungan muslim ia mendengan seorang sahabat sedang membaca At-Thur : 7-8. 'Sungguh, azab Tuhanmu pasti terjadi. tidak sesuatu pun yang dapat menolaknya.'Seketika ia pingsan karena takut."

"Lalu kita diingatkan kembali dengan kisah Aisyah. Suatu hari Qasim hendak menemui bibinya di pagi hari. Kala itu dilihatnya Aisyah sang bibi sedang shalat dan membaca satu ayat berulang-ulang. Dalam syahdu Aisyah mengulangnya sambil menangis dan berdo'a. Karena bosan menunggu, Qasim pergi ke pasar untuk menunaikan hajatnya, Sekembalinya dari pasar ia temui sang bibi masih menangis dengan membaca ayat yang sama. At-Thur : 27."

"Kisah terakhir dialami oleh Ust. Hanan itu sendiri, ketika beliau sedang berkunjung ke Bumi Jihad Palestina. Dalam pertemuannya dengan seorang syekh, rasa penasaran membuat ia memberanikan diri untuk bertanya pada sang syekh. 'Saya pernah mendengar cerita seorang anak kanada yang berhasil menghafalkan Quran dalam sebulan di negeri ini, Apa rahasianya wahai syekh? Apakah ada metode khusus, Quantum Learning mungkin?' 'Quantum Learning... apa itu Quantum Learning? saya belum pernah mendengarnya' jawab sang syekh. 'lalu apa syekh?' 'hanya satu.... Al-Iman'. Seketika Ust. Hanan menangis."

Lalu semua pertanyaan itu kembali pada diriku sendiri...

Gimana kabar imanmu hari ini?

Kamis, 06 Oktober 2016

Aku dan Ayah 2.0

Ayah, aku takut....

Jika kesalahan adalah sebuah tinta hitam, maka setidaknya sudah setengah dari setengah dari tubuh ini tenggelam didalamnya. Jika kegagalanku tercatat dalam catatan perjalanan hidup, mungkin ia akan setebal kitab suci.

Aku tidak pernah berpikir tentang diriku, ayah. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka. Tapi manusia bukan makhluk yang tak pernah salah. Lalu satu per satu aku justru melukai mereka dengan kesalahan, kegagalan, dan kebodohanku.

Ayah, aku ingin lari.... menjauh sejenak dari kerumunan yang selalu mengingatkanku akan dosa yang tak kunjung kutebus. Rasanya kecelakaan kecil justru jadi hadiah indah untukku yang lelah ini. Sakit itu setidaknya membuatku menghilang untuk sementara waktu. Membuat mereka tak mencariku sementara, tak membuatku merasa bersalah.

Aku tahu ayah, menghindar bukan jalan terbaik. Aku paham betul, jika semuanya tak kuhadapi aku tak akan pernah menyelesaikannya. Pun tidak pula menghapuskan dosaku pada mereka. Tapi.... aku takut ayah...aku takut...

Rabu, 05 Oktober 2016

Aku dan Ayah 1.0

try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail 

Wahai makhluk lemah, aku ingin bicara empat mata denganmu...

Kadang hidup memang sulit. Bukan segalanya yang kamu usahakan akan berjalan sesuai harapan. Bukan pula peluh, keringat, dan air mata bercucuran menjadi jaminan akan keberhasilan. Manusia memang naif nak, ia tak ubahnya pohon yang ingin besar tanpa terpaan angin, atau kapal yang ingin kuat tanpa deburan ombak badai. 

Begitu pula dirimu nak, memang kegagalan itu sakit. Bahkan seringkali orang lain yang kau sakiti. Dan memang benar jumlah mereka yang tersakiti tidak sedikit. Tapi itulah manusia, selalu mengharapkan orang lain sesuai keinginannya. 

Aku tidak hendak membelamu nak. Salah tetap saja salah. Mengakui kesalahan dan minta maaf pun seringkali tidak menghapuskan luka dalam yang pernah kau buat. Karena itulah manusia, makhluk perasa yang selalu ingin diperhatikan...

Itulah kegagalan... setuju atau tidak, terima atau tidak memang begitulah cara dunia ini berputar. Maka tegakkan kepalamu, nak. Semua orang pernah salah, semua maestro punya cerita kegagalannya sendiri. Jika kegagalanmu membuat orang lain tersakiti, cukupkanlah usaha terbaikmu untuk menyambung kembali tali yang pernah terputus. Tapi, selalu ingat ini nak. Bukan jadi tanggung jawabmu jika ia berencana membiarkannya tetap terputus.

Setiap manusia punya garis finish nya masing-masing. Tidak akan ada yang peduli jika engkau pernah jatuh dan tersungkur dalam perjalanan yang kau lalui. Maka, berhentilah melihat orang lain. Lalu berhentilah merisaukan pikiran orang lain tentangmu. 

Setiap orang hidup di jalannya masing-masing, mengejar garis finishnya masing-masing. Maka, sekali lagi tegakkan kepalamu, busungkan dadamu. Kejar impian yang jadi harapan besarmu. Cukuplah dirimu yang kemarin menjadi pembanding semua hal ideal tentang dirimu. Jadikan esok mu menjadi harapan baru tentang diri idealmu.

#lagibaper #maafinane #maafbanget #hmm