Tampilkan postingan dengan label life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label life. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Mei 2017

Cermin Diri

imagr source http://www.lakedistrict.gov.uk/visiting/placestogo/aroundnorthernlakes/hd_loweswater-jul.jpg

Sejenak setelah Narciscus - manusia nan elok yang mencintai dirinya sendiri - tenggelam ke dalam danau, air danau itu berubah menjadi asin. Ya, danau menangisi kepergian Narciscus, ia terbilang sering menemani danau dalam kesendiriannya. Kesehariannya menatap ke permukaan danau dan mengagumi banyangan dirinya yang terpantul elok oleh tenangnya kesunyian danau. 

Mendengar berita ini Dewi Hutan bergegas menemui Sang Danau. ''Setiap hari aku melihat anak itu berkeliaran di hutan, namun langkah nya yang cepat membuatku tidak sempat memperhatikan keelokan rupanya dari jauh. Aku yakin engkau yang melihat rupanya dari dekat memahami keindahannya dan bersedih kehilangan dirinya. Tapi aku penasaran, apakah ia seelok itu'' dengan rasa ingin tahunya Dewi Hutan bertanya pada Sang Danau. Perlahan Sang Danau menjawab''Entahlah, aku tidak pernah benar-benar memerhatikan elok rupanya. Aku hanya bersedih tidak lagi dapat melihat bayangan keindahan diriku dari pantulan matanya.''

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah kisah pembuka di novel ''The Alchemist'' karya Paulo Coelho

Sungguh, seringkali hanya cermin diri yang kita perlukan. 
Karena dengannya manusia mampu melihat dan mengamati 
Hasil perjalanan hidupnya 
Beserta noda hitam yang menyertainya.
Selamat bercermin.

Sabtu, 11 Maret 2017

Lelaki Tenggelam 1.0

“Apakah kamu baik saja kawan?” seorang ikal hitam membangunkanku dari lamunan. Ahmad namanya, sahabat baikku yang sejak tadi tanpa sadar memerhatikan tingkah anehku sore ini. “Entahlah,” jawabku singkat. Ya, rasanya ada yang aneh denganku.

Namaku Iman, seorang sarjana biologi di institut terbaik negeri ini. Bukan hiperbolik, hanya saja begitulah orang-orang menyebutnya. Aku berhasil menyelesaikan kuliahku dengan waktu yang maksimal, tepatnya 7 menit sebelum DO. Ya begitulah kampusku, masuknya susah, keluarnya pun lebih susah. Hari ini aku bekerja di SMA semi militer nusantara sebagai guru biologi. Meski lulus dengan predikat 'alhamdulillah', aku tetap menyukai Biologi menjadi bagian dari denyut nadiku.

"Pak guru..., bapak kayanya lebih cocok jadi guru BK deh, ketimbang guru biologi" celetuk Zahra, murid kelas 10 di sekolah tempatku bekerja. "hmm... gimana ya..," jawabku sambil lalu. Pasalnya ini bukan kali pertama muridku mengatakan hal itu. Memang disamping mengajar biologi aku senang mendengar murid-muridku bercerita banyak tentang hidup mereka. Keluarganya, kebimbangan mereka, kebingungan mau masuk jurusan mana, bahkan soal 'cinta monyet' yang membuat mereka sedu sedan. Pernah suatu saat seorang murid menangis mendatangiku di satu sore sepulang sekolah. Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi, hanya dengan mendengar suara tangisnya aku langsung tahu apa masalahnya. Ia hanya butuh dikuatkan pikirku. Ya begitulah, aku paling suka mendengar keluh kesah mereka, lalu membesarkan hati mereka dengan alasan yang sebenarnya mereka sudah tahu. Sejak saat itu aku mulai memikirkan masa depanku, kemana harusnya langkahku menuju. "Guru BK..." lirihku singkat. 

Sore itu tekadku telah bulat dan kuat. Guru BK atau tidak sama sekali. Dengan mantap kederapkan langkah kakiku menuju ruangan kepala sekolah. Aku pun menunggu di depan ruang sederhana bergaya lama itu. "Ada apa Iman, apa yang bisa saya bantu," sambutnya hangat. Bersama dengan senyumnya yang tulus, aku agak kikuk untuk memulai pembicaraan. "Jadi gini pak... Saya sudah bekerja di sekolah ini tiga tahun," meski sulit aku memmberanikan diri memulai pembicaraan. "Selama tiga tahun kebelakang, saya banyak berpikir tentang masa depan saya. Banyak komentar-komentar yang mulai membuat saya berpikir ulang. Apakah saya telah berjalan di jalur yang benar? Apakah kehidupan yang kini saya jalani benar-benar saya inginkan..." aku mencoba memberi jeda. "Ya Iman... kamu guru yang baik ko, anak-anak menyukaimu dan pelajaran biologi yang kamu bawakan... apa yang kamu risaukan sahabatku?" ia justru balik bertanya, hal itu membuatku bertambah gugup. 'tidak, jangan gugup Iman, tekad kita sudah bulat' ucapku pada diri sendiri. Setelah sekali ambil nafas panjang aku mencoba mengakhiri smua pembicaraan ini, "Saya pikir, saya lebih cocok jadi guru Bimbingan Konseling pak, daripada biologi,". "Bimbingan Konseling? kamu yakin man... kamu guru biologi terbaik di sekolah ini. Lebih lagi seorang guru BK harus berijazah psikologi.." tambahnya. Aku tidak tinggal diam, dengan tekadku yang telah bulat aku melanjutkan pembicaraan, "ya pak..., tekad saya telah bulat, Guru BK atau tidak sama sekali." "Saya sungguh minta maaf Iman sahabatku, sekolah ini mensyaratkan kualifikasi yang tinggi untuk setiap guru-gurunya. Tidak ada guru BK tanpa ijazah psikologi. Begitu pula kamu, bahkan kita tidak menerima guru biologi jika ia lulusan dari universitas yang tidak ternama..." lanjutnya. "Baiklah pak, saya mengundurkan diri dari sekolah ini. Segala urusan administrasi akan saya urus sesegera mungkin," jawabku tegas. "Loh... kok gitu, jangan buru-buru dulu man. setidaknya tunggu hingga semester ini berakhir, Saya akan sangat menghormati segala keputusan yang kamu buat. Tapi setidaknya penuhi permintaan terakhir saya," kebijaksanaan tergambar sempurna di wajahnya, bersama dengan senyumnya yang terlihat sedikit dipaksakan. "Baiklah pak, terimakasih atas kebijaksanaan bapak. Saya akan penuhi permintaan tersebut," rasanya mengalah adalah jalan yang tepat saat ini.

Aku sudah memulai satu perjalanan yang baru... sebuah turn over, aku tak pernah tahu kemana keputusan ini akan bermuara. "Bagaimanapun setiap saat keputusan tetap harus dibuat, Bismillah." batinku kembali menguatkan pilihan besar yang ternyata di masa depan membuat hidupku kian berubah....*


                                    

*ada lanjutannya kok...

Kamis, 02 Maret 2017

Untuk Engkau yang Teramat Dekat


Untuk engkau yang teramat dekat...
Entah kenapa beberapa hari kebelakang aku kembali mengingat engkau...
Membayangkan engkau hadir dan menyapaku saat kesibukan menyertai hari-hari indahku


Seorang gadis yang ku kenal mengingatkanku pada engkau. Ya, aku akan sedikit bercerita tentangnya malam ini...

Empat hari yang lalu, ia masih gadis yang sama yang dulu aku kenal. Terbayang lekat di pikirku senyumannya dan perilaku kesehariannya yang menyenangkan. Ia gadis yang aktif, banyak berorganisasi bahkan menjadi atlet unggulan komunitasnya hingga sekarang. Masih tersimpan di memoriku saat melihatnya bermain di kejuaraan futsal antar fakultas sewaktu belum genap setahun usiaku di kampus ini. Sejujurnya aku tidak mengenalnya sedekat itu, hanya saja ia mengingatkanku pada engkau.

Rabu, hari pertama bulan Maret...
Selepas shalat dhuhur, dengan raut muka yang tak aku pahami, seorang sahabat menghampiriku. Raut wajah itu seperti hendak bercerita sesuatu padaku. "Lid, minta do'anya, salah satu temen ktia lagi kritis kondisinya. Sejak dua hari lalu, dia masuk ke borromeus.." ucapnya. "Dua hari lalu selesai ngisi agenda sharing sama adek kelas, dia ngeluh pusing katanya. Setelah itu tiba-tiba kakinya lemah dan dia jatuh ke lantai. Waktu diliat, badannya kaya kejang dan kaku. Kaya ada yang mau dia omongin tapi gk bisa bersuara dan dia cuma nangis," lanjutnya. Pikiran liarku masih belum percaya, dalam benakku dia bukan orang yang punya penyakit khusus. Bahkan, jika dibandingkan denganku - dengan seluruh olahraga rutinnya - seharusnya ia jauh lebih sehat daripada aku. Apalagi ia atlet basket yang cukup disegani di kampusku. Apa ini benar?

Singkat cerita, setelah isya' kami pun mengadakan do'a bersama untuk kesembuhannya. Pasalnya sejak siang tadi, seluruh alat bantu yang ia pakai harus dilepas untuk keperluan CT Scan. Dokter perlu menunggu beberapa jam untuk memastikan kondisi pasien cukup baik tanpa alat bantu medis. Semua tergantung dia dan keinginan kuatnya untuk tetap hidup.

Hari pun berganti, dengan harapan besar dikabulkannya doa kami semalam aku menjalani hari seperti biasa. Masuk kuliah dengan keridhoan penuh mendengarkan apapun yang bapak dosen katakan. Masih dengan kepolosan yang sama, kabar terbaru sampai di telingaku. Pukul 12.15 takdir dunia bicara lain,  engkau yang teramat dekat telah datang menemuinya siang itu. Sungguh semua hal di dunia ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya lah semua dikembalikan.


Siang itu takdir-Nya yang indah menampar wajahku cukup keras. Ia mengingatkanku bahwa memang engkau teramat dekat.




Suatu hari, Al-Ghazali sedang berkumpul bersama murid-muridnya. "Apa yang paling dekat dengan kita di dunia ini?" ucapnya. Muridnya menimpali dengan jawaban yang beragam : ibu, ayah, saudara, rumah, sandal. Lalu Sang Imam menjawabnya dengan lirih, "Semua jawaban itu benar, tapi yang paling dekat dengan kita adalah Mati." Sungguh, janji Allah nyata adanya... Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Wallahualam...

Image Source : https://yonasongoldson.files.wordpress.com/2016/07/near-death-experience.jpg

Sabtu, 11 Februari 2017

Iman

Aku tidak bisa berhenti menagis pagi itu... Rasanya ada ribuan jarum yang aku tusukkan sendiri di dadaku. Bukan orang lain yang membuatnya kian sakit, tapi diriku sendiri. Allah, aku menyesal..

Pagi itu dingin seperti biasa, kami yang seharian kemarin sibuk dengan majelis ilmu mulai memulai hari bersama. Suasana syahdu ba'da subuh menyelimuti bacaan dzikir pagi yang kami kumandangkan bersama. "Selanjutnya, silahkan seorang ikhwan menyampaikan kultum singkat," seru MC dadakan kami selepas dzikir pagi. Tanpa ragu seorang peserta dauroh mengajukan diri, "saya hendak menyampaikan apa yang telah saya terima dari beliau Ust. Hanan, sekedar meyambung lidah. Semoga dapat diambil hikmahnya."

"Beliau pernah menyampaikan tiga kisah. Kisah pertama tentang sahabat Rasulullah yang kuat, Umar. Suatu saat ketika ia sedang berpatroli di sekitar perkampungan muslim ia mendengan seorang sahabat sedang membaca At-Thur : 7-8. 'Sungguh, azab Tuhanmu pasti terjadi. tidak sesuatu pun yang dapat menolaknya.'Seketika ia pingsan karena takut."

"Lalu kita diingatkan kembali dengan kisah Aisyah. Suatu hari Qasim hendak menemui bibinya di pagi hari. Kala itu dilihatnya Aisyah sang bibi sedang shalat dan membaca satu ayat berulang-ulang. Dalam syahdu Aisyah mengulangnya sambil menangis dan berdo'a. Karena bosan menunggu, Qasim pergi ke pasar untuk menunaikan hajatnya, Sekembalinya dari pasar ia temui sang bibi masih menangis dengan membaca ayat yang sama. At-Thur : 27."

"Kisah terakhir dialami oleh Ust. Hanan itu sendiri, ketika beliau sedang berkunjung ke Bumi Jihad Palestina. Dalam pertemuannya dengan seorang syekh, rasa penasaran membuat ia memberanikan diri untuk bertanya pada sang syekh. 'Saya pernah mendengar cerita seorang anak kanada yang berhasil menghafalkan Quran dalam sebulan di negeri ini, Apa rahasianya wahai syekh? Apakah ada metode khusus, Quantum Learning mungkin?' 'Quantum Learning... apa itu Quantum Learning? saya belum pernah mendengarnya' jawab sang syekh. 'lalu apa syekh?' 'hanya satu.... Al-Iman'. Seketika Ust. Hanan menangis."

Lalu semua pertanyaan itu kembali pada diriku sendiri...

Gimana kabar imanmu hari ini?

Kamis, 06 Oktober 2016

Aku dan Ayah 2.0

Ayah, aku takut....

Jika kesalahan adalah sebuah tinta hitam, maka setidaknya sudah setengah dari setengah dari tubuh ini tenggelam didalamnya. Jika kegagalanku tercatat dalam catatan perjalanan hidup, mungkin ia akan setebal kitab suci.

Aku tidak pernah berpikir tentang diriku, ayah. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka. Tapi manusia bukan makhluk yang tak pernah salah. Lalu satu per satu aku justru melukai mereka dengan kesalahan, kegagalan, dan kebodohanku.

Ayah, aku ingin lari.... menjauh sejenak dari kerumunan yang selalu mengingatkanku akan dosa yang tak kunjung kutebus. Rasanya kecelakaan kecil justru jadi hadiah indah untukku yang lelah ini. Sakit itu setidaknya membuatku menghilang untuk sementara waktu. Membuat mereka tak mencariku sementara, tak membuatku merasa bersalah.

Aku tahu ayah, menghindar bukan jalan terbaik. Aku paham betul, jika semuanya tak kuhadapi aku tak akan pernah menyelesaikannya. Pun tidak pula menghapuskan dosaku pada mereka. Tapi.... aku takut ayah...aku takut...

Rabu, 05 Oktober 2016

Aku dan Ayah 1.0

try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail try.fail 

Wahai makhluk lemah, aku ingin bicara empat mata denganmu...

Kadang hidup memang sulit. Bukan segalanya yang kamu usahakan akan berjalan sesuai harapan. Bukan pula peluh, keringat, dan air mata bercucuran menjadi jaminan akan keberhasilan. Manusia memang naif nak, ia tak ubahnya pohon yang ingin besar tanpa terpaan angin, atau kapal yang ingin kuat tanpa deburan ombak badai. 

Begitu pula dirimu nak, memang kegagalan itu sakit. Bahkan seringkali orang lain yang kau sakiti. Dan memang benar jumlah mereka yang tersakiti tidak sedikit. Tapi itulah manusia, selalu mengharapkan orang lain sesuai keinginannya. 

Aku tidak hendak membelamu nak. Salah tetap saja salah. Mengakui kesalahan dan minta maaf pun seringkali tidak menghapuskan luka dalam yang pernah kau buat. Karena itulah manusia, makhluk perasa yang selalu ingin diperhatikan...

Itulah kegagalan... setuju atau tidak, terima atau tidak memang begitulah cara dunia ini berputar. Maka tegakkan kepalamu, nak. Semua orang pernah salah, semua maestro punya cerita kegagalannya sendiri. Jika kegagalanmu membuat orang lain tersakiti, cukupkanlah usaha terbaikmu untuk menyambung kembali tali yang pernah terputus. Tapi, selalu ingat ini nak. Bukan jadi tanggung jawabmu jika ia berencana membiarkannya tetap terputus.

Setiap manusia punya garis finish nya masing-masing. Tidak akan ada yang peduli jika engkau pernah jatuh dan tersungkur dalam perjalanan yang kau lalui. Maka, berhentilah melihat orang lain. Lalu berhentilah merisaukan pikiran orang lain tentangmu. 

Setiap orang hidup di jalannya masing-masing, mengejar garis finishnya masing-masing. Maka, sekali lagi tegakkan kepalamu, busungkan dadamu. Kejar impian yang jadi harapan besarmu. Cukuplah dirimu yang kemarin menjadi pembanding semua hal ideal tentang dirimu. Jadikan esok mu menjadi harapan baru tentang diri idealmu.

#lagibaper #maafinane #maafbanget #hmm